Selamat Datang di Blog Praktikum Kimia Anorganik Kelompok 4A Gabung dan Berikan Komentar Positif Anda

Jumat, 13 September 2013

Pembuatan Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium


PERCOBAAN I
PEMBUATAN GAS HIDROGEN DARI LIMBAH ALUMINIUM


Kamis, 12 September 2013
I.            Pendahuluan

a.    Teori
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. Aluminum, Al, merupakan anggota golongan 13, berada sebagai aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah daripada besi.  Mineral aluminum yang paling penting dalam metalurgi adalah bauksit, AlOx (OH)3-2x (0 < x <1). Sifat aluminum dikenal dengan baik dan aluminum banyak digunakan dalam keseharian, misalnya untuk koin, panci, kusen pintu, dsb. Logam aluminum digunakan dengan kemurnian lebih dari 99%, dan logam atau paduannya (misalnya duralium) banyak digunakan.
Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi.
Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga.
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil.

b.    Tujuan
-          Membuat gas hidrogen dengan mereaksikan aluminium foil dengan NaOH
-          Membuat reaktor hidrogen sederhana
-          Menghitung volume gas hidrogen yang dihasilkan


II.         Metode Praktikum
a.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya adalah botol bekas air mineral 330 ml, botol saus, selang diameter 1 cm, gelas piala 600 ml, neraca analitik, gelas ukur 100 ml, paku, dan cutter.
Bahan yang dipakai yaitu aluminium foil, balon, NaOH 3M sebanyak 50 ml, dan air.

b.      Prosedur Kerja
-          Pembuatan Reaktor Sederhana
Botol bekas air mineral dilubangi bagian atas dan bawahnya menggunakan paku, kemudian potong selang sepanjang 50 cm. Lalu hubungkan selang kedalam tutup botol air mineral dan kedalam tutup botol saus. Reaktor pun siap digunakan.
-          Pembuatan Gas Hidrogen
Air dimasukkan kedalam botol air mineral pada reaktor yang telah dibuat sebanyak setengah botol. Kemudian botol tersebut dimasukkan kedalam gelas piala. Selanjutnya NaOH 3 M diukur sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam botol saus. Setelah itu, aluminium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecil. Lalu dimasukkan ke dalam botol saus berisi NaOH, kemudian botol saus tersebut ditutup rapat. Gas H2 yang terbentuk lalu diamati dan diukur volumenya. Untuk percobaan menggunakan balon, selang pada tutup botol air mineral dilepas dan dipasangkan pada balon. Langkah selanjutnya sama seperti yang telah diuraikan di atas.
III.             Hasil dan Pembahasan
Perlakuan
Hasil pengamatan
·      Aluminium foil di timbang dan di potong kecil-kecil
·      50 ml larutan NaOH 3M dimasukkan ke dalam botol
·      Aluminium foil yang sudah dipotong dimasukkan kedalam botol dan ditutup rapat

·      Reaksi yang terjadi pada botol air mineral dan gelas piala




·      Volume hidrogen yang dihasilkan

Ø


Ø
·      Massa aluminium foil 0,2049 gram
·      Larutan NaOH berwarna bening
·      Larutan tersebut berubah warna menjadi keabuan disertai adanya gelembung dan botol terasa panas (eksoterm)
·      Mulanya air pada gelas piala berisi 600 ml. Ketika gas mengalir air yang ada didalam botol perlahan-lahan turun, dan air yang ada digelas piala naik hingga volume 800 ml
·      Volume air awal (v1) = 600 ml
Volume air setelah dialiri H2 (v2) = 800 ml
Volume H2 yang dihasilkan ΔV=(800-600) ml = 200 ml

Pembuatan hidrogen menggunakan balon
Perlakuan
Hasil pengamatan
·      Aluminium foil di timbang dan di potong kecil-kecil
·      50 ml larutan NaOH 3M dimasukkan ke dalam botol
·      Aluminium foil yang sudah dipotong dimasukkan kedalam botol dan ditutup rapat

·      Reaksi yang terjadi pada balon
·      Gas yang dihasilkan diuji menggunakan api

Ø 
·      Massa aluminium foil 0,2049 gram
·      Larutan NaOH berwarna bening
·      Larutan tersebut berubah warna menjadi keabuan disertai adanya gelembung dan botol terasa panas (eksoterm)
·      Balon bertambah besar
·      Balon yang berisi gas H2 berbunyi nyaring ketika meledak dan menghasilkan api berwarna orange


Percobaan ke-
Massa Aluminium
V1
(ml)
V2
(ml)
ΔV
(ml)
1
0,2049
600
800
200
2
0,2049
Diameternya 48cm


K = 2ᴫ r 
48 = 2 x 3,14 x r 
48 = 6,28 r 
r  = 7,64 cm 
V = 4/3 ᴫ r3
    = 4/3 . 3,14 . (7,64)3
    = 1867, 02 cm3
    = 1,9 L



Pada praktikum ini aluminium foil dimasukkan ke dalam larutan asam klorida, terbentuk gas hidrogen yang ditandai dengan tidak berwarna dan timbulnya gelembung-gelembung gas. Reaksi ini tergolong reaksi redoks.

REAKSI :
2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)
2 Al(s) + 2 OH-(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)4-(aq) + 3 H2(g)


Pada percobaan pertama menggunakan reaktor dimasukkan aluminium foil 0,249 gram kedalam botol berisi NaOH 50ml 3M timbul gelembung-gelembung gas hidrogen serta reaksi berlangsung secara eksoterm yang menyebabkan air naik dari 600 ml menjadi 800 ml. Sehingga diperoleh gas hidrogen yang dihasilkan sebesar 200 ml. Pada percobaan kedua menggunakan balon, 0,249 gram aluminium foil direaksikan dengan 50 ml NaOH 3M yang menyebabkan balon mengembang sebesar 48cm, sehingga diperoleh volume gas hidrogen sebesar 1,9L 

Al membentuk ion Al(OH)4- berarti bilangan oksidasinya berubah dari nol menjadi +3. Sedang bilangan oksidasi H dari +1 menjadi nol. Berarti baik dalam asam maupun basa, reaksi redoks yang terjadi sebagai akibat dari sifat keamfoteran Al, ternyata perubahan bilangan oksidasinya sama.

Pengikisan permukaan logam aluminium dianggap sebagai tolok ukur, sehingga semakin banyak pengikisan permukaan logam aluminium oleh larutan perendaman maka semakin banyak nuklida-nuklida aktif yang ikut lepas. Namun pada pelaksanaannya pengikisan permukaan juga dibatasi, dari segi teknis maksimum tebal pengikisan permukaan yang diperbolehkan adalah 0,50 mm. Kelarutan kerapatan alumnium terhadap perendaman menggunakan larutan perendam NaOH yang menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi NaOH dan waktu proses perendaman maka dapat menaikkan kelarutan aluminium. Hal ini menunjukkan semakin banyak logam aluminium yang terkikis berarti semakin banyak nuklida-nuklida yang menempel di logam yang terlepas.

Hidrogen juga dapat menyebabkan reaksi pembakaran, contohnya adalah ketika balon berisi gas hidrogen disulut dengan api. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:

2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572  kJ (286 kJ/mol)

Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon. H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorindan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.


IV.      Kesimpulan
-          Gas hidrogen dapat terbentuk dari persamaan 2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)
-          Volume gas hidrogen yang diperoleh dari aluminium foil + NaOH sebanyak 200 ml

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Reaktor hidrogen sederhana
(gelas piala, botol air mineral 330 ml, botol saus, selang diameter 1 cm)
Berat aluminium foil yang digunakan
Pembuatan gas hidrogen dengan media balon
Balon berisi gas hidrogen
Balon hidrogen tersebut kemudian diberi sumbu alkohol untuk disulutkan dengan api


 Pembuatan Gas Hidrogen dengan Media Balon


Balon Berisi Gas Hidrogen Disulut dengan Api


Tidak ada komentar:

Posting Komentar