SIFAT KIMIA
SENYAWA KLOR
I.
Pendahuluan
A.
Teori
Klor (bahasa Yunani: Chloros, “hijau pucat”), adalah
salah satu unsur kimia dengan simbol Cl dan
mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk
kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk ionya, unsur ini biasanya
sebagai pembentuk garam dan senyawa lain yang tersedia di alam dalam jumlah
yang sangat berlimpah. Sangat pentingnya unsur ini hampir semua kehidupan
mengandung dan membutuhkan unsur ini , termasuk manusia. Dalam bentuk gas,
klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau
padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi melalui warna
dan sifatnya. Misalnya Cl : berupa gas warna kuning kehijauan pada suhu kamar,
nonpolar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non polar seperti
heksana.
Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O2
dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen tidak stabil karena
cenderung mengalami autooksidasi atau autoreduksi.
Proses ini disebut dengan disproporsinasi :
Cl2 (aq) + H20
(l) Cl- (aq) + HCl (aq) + H-
(aq)
Pemutih Klorin (bleaching agent) mengandung larutan
hipoklorit (NaClO). Ion ClO- merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama
dengan klorin namun ion ClO- berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit. HClO
adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl-
mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugat dari HCl kuat.
Ion Klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+,
Pb2+, dan Hg2 +2, berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang
diamati melalui perubahan warna dan melarutkannya endapan atau padatan.
B.
Tujuan
-
Mengetahui kelarutan dan stabilitas garam
klorida
-
Mempelajari pembentukan kompleks logam transisi
dengan ion klorida
II.
Metode Praktikum
A.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah pipet tetes ,
gelas ukur, tabung reaksi, dan rak tabung reaksi.
Bahan yang dipakai adalah NaCl 0,1 M, AgNO3 0,1 M, NH3 6M, CuSO4 0,1 M,
, NaOCl 5% ( baycline), NaOH 6 M, KI 0,1 M, KBr 0,1 M, HCl pekat, n-heksana
atau petroleum eter, dan lakmus merah dan biru.
B.
Prosedur Kerja
1. Ion klorida
(Cl-)
a. Kelarutan dan kestabilan garam klorida
- Dimasukan 1 mL NaCl + 1 mL AgNO3
kedalam tabung reaksi
- Larutan diaduk, hingga meratadan
ditambahkan sejumlah volume yang ditentukan
- Diaduk campuran agar endapan yang
terbentuk larut
- Ditambahkan HNO3 6M sedikit
berlebih dan diaduk
- Diamati perubahan yang terjadi
b. Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
- 2 mL CuSO4 0,1 M + 2 Ml HCl pekat
dimasukan kedalam tabung reaksi
- Diencerkan campuran dengan 5 mL aquadest. Diamati apa yang terjadi
- Ditambahkan 3 mL HCl pekat
kedalam AgNO3 0,1 M
- Diaduk beberapa menit agar
endapan larut kembali
- Dimasukan 1 mL NaCl + 1 mL AgNO3,
kedalam tabung reaksi
- Diencerkan campuran dengan 5 mL
aqudest. Diamati yang terjadi
2. Ion
Hipoklorit
a. Reaksi Lakmus
- Diteteskan larutan NaOCl 5% pada kertas
lakmus merah dan biru
- Diamati perubahan warnanya
b. Reaksi dengan AgNO3
- 1 mL AgNO3 0,1 M + 3 mL NaOCl
-
Diamati endapan yang terbentuk
- Ditambahkan HNO3
- Dibandingkan dengan campuran NaOH
6M dengan AgNO3
- Diamati perubahan yang terjadi
c. Daya Oksidasi
- 2mL KI 0,1 M ditambah beberapa
tetes larutan NaOCl 5% sambil diaduk
- Ditambahkan beberapa tetes HCl
pekat
- Dicatat perubahan warna yang
terjadi
- Dihindari kelebihan NaOCl karena
dapat menghilangkan warna I2 yang terbentuk dan produk awal akna teroksidasi
menjadi ClO- terhadap larutan KI larutan yang telah diasamkan
- Diulangi langkah yang sama pada
KBr
- 2 ml KI ditambah eter dan larutan
NaOCl
III. Hasil
dan Pembahasan
1.
Ion Klor
a.
Kelarutan dan Kestabilan Garam Klorida
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1 ml NaCl
+ AgNO3 0,1 M
+ NH3
+
HNO3
|
Terbentuk
endapan putih
Terbentuk buih
Tidak ada perubahan
|
b.
Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
2 ml CuSO4 0,1M + 1 ml HCl pekat
+ 5 ml Aquades
|
Terbentuk warna kehijauan
Warna berubah menjadi bening
|
1 ml AgNO3 0,1M + 1 ml HCl pekat+ 5 ml Aquades
|
Terbentuk endapan putih
Reaksi bersifat eksoterm
|
2. Ion Hipoklorit
a. Reaksi Lakmus
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
NaOCl 5% + Lakmus Merah
|
Lakmus berubah menjadi biru (basa)
|
NaOCl 5% + Lakmus Biru
|
Lakmus tetap
berwarna biru
|
|
b. Reaksi dengan AgNO3
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1 mL AgNO3 0,1 M + 3 mL NaOCl
+ HNO3
|
Terbentuk endapan putih
Terbentuk gumpalan putih dan terdapat buih
|
1 mL AgNO3 0,1 M + 3 mL NaOH
+HNO3
|
Terbentuk
endapan coklat
Reaksi
bersifat eksoterm
|
|
c. Daya Oksidasi
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
2mL KI 0,1 M + beberapa tetes larutan NaOCl 5%
|
Warna menjadi orange
|
2mL KBr 0,1 M + beberapa tetes larutan NaOCl 5%
|
Warna
menjadi kuning
|
2 ml KI ditambah eter dan larutan NaOCl
|
Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna orange dan
lapisan bawah berwarna kuning
|
Percobaan pertama adalah kelarutan dan stabilitas
garam klorida, yang terbentuk dari persamaan reaksi :
NaCl + AgNO3 -> NaNO3 + ↓AgCl
AgCl ↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-
[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ → AgCl ↓ + 2NH4+
Terbentuk endapan putih AgCl yang seperti dadih.
Endapan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam amonia encer dan dalam
larutan – larutan kalium sianida dan tiosulfat. Setelah itu diteteskan kembali
NH3 dan endapan dadih putih menjadi larut dan terbentuk gas Cl2 dan setelah
ditambahkan HNO3 endapan menjadi hilang dan keadaan asam membuat suhu larutan
menjadi naik dan terjadi reaksi eksoterm (suhu meningkat).
Pada percobaan yang kedua adalah pembentukan kompleks
logam transisi dengan ion Cl. Pencampuran CuSO4 dengan HCl terjadi perubahan
warna menjadi warna hijau, dan setelah ditambahkan aquades warna menjadi bening.
Sedangkan pencampuran AgNO3 dengan HCl
terbentuk endapan putih dan suhu nya menjadi panas (reaksi bersifat eksoterm) yang
menunjukan pemebentukan kompleks dari logam transisi.
H2SO4(aq) + CuCl2(aq) + H2O -> CuSO4(aq)
+ 2HCl(aq) + H2O(aq)
AgNO3 + HCl -> AgCl↓ + HNO3
Percobaan yang ketiga adalah uji lakmus. Hal ini
menunjukkan bahwa NaOCl adalah larutan yang bersifat basa, karena dapat merubah
lakmus merah menjadi lakmus biru.
Percobaan keempat, adalah reaksi dengan AgNO3. Hasilnya
ketika NaOCl ditambahkan AgNO3 terbentuk endapan berwarna putih dan reaksi
berlangsung secara eksoterm dan terdapat buih gas. Gas yang terbentuk adalah
gas oksigen dari reaksi AgNO3 dengan NaOCl. Sedangkan saat tabung yang
berisikan NaOH, direaksikan dengan AgNO3 terbentuk endapan coklat dengan warna
larutan yang coklat dan setelah direaksikan dengan HNO3 endapan menjadi coklat
muda dan disertai dengan bertambahanya suhu larutan.
2NaOCl + 2AgNO3 → 2AgCl↓ + 2NaNO3 + O2
2HNO3 + NaOCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3 +
H2O
NaOH + AgNO3 → AgOH + NaNO3
Percobaan terakhir adalah daya oksidasi ion ClO- dengan
menggunakan KBr, KI dan eter. Ion ClO- memiliki daya oksidasi yang besar karena
merupakan oksidator kuat yang dapat larut dalam air dingin. Reaksi antara KI
dengan NaOCl membentuk larutan berwarna orange. Reaksi antara KBr dengan NaOCl menghasilkan
larutan berwarna kuning. Pada reaksi KI dengan eter dan diteteskan NaOCl,
reaksi membentuk 2 lapisan warna larutan, lapisan atas berwarna orange dan
lapisan bawah berwarna kuning.
IV. Kesimpulan
-
Natrium Hipoklorit (NaOCl) bersifat basa
-
Pada uji ion klor reaksi bersifat eksoterm
-
Pembentukan logam kompleks klor ditandai dengan
perubahan warna
-
Pembentukan perbedaan lapisan dalam larutan
hasil reaksi disebabkan oleh perbedaan kepolaran, dan berat jenis tiap komponen
larutan
Daftar Pustaka
Farianti, 2000. KRITERIA
PEMBENTUKAN STRUKTUR SENYAWA KOMPLEKS LOGAM. Institut Teknologi Bandung
Vogel.Buku teks analisis
anorganik kualitatif. Jakarta : PT. Kalman media pusaka
Klor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar